Ketua STP Reinha: Gelar Sarjana Memang Tak Menjamin Kompetensi
Mahasiswa harus dididik untuk mengejar kompetensi dan bukannya gelar. Kompetensi hanya bisa dikumpulkan kalau mereka memiliki tujuan yang tegas dan jelas. Sesuai dengan Visi Lembaga dan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik adalah menjadi tenaga pendidik yang profesional dalam bidang ilmu pendidikan agama Katolik di era globalisasi. Kita memiliki tujuan yang jelas, kurikulum, tenaga pendidik yang profesional. Kalian bukannya mahasiswa yang asal kuliah, sekedar lulus, karena tidak tahu hendak menuju ke mana ketika diwisuda. Kalian semua sudah tahu tujuannya, maka juga tahu kompetensi yang kalian harus miliki. Di sini para mahasiswa diarahkan untuk mengejar kompetensi dan tidak semata meraih gelar,” tegas Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka, Pater Petrus Tukan, Lic. Theol dalam sambutannya saat memwisuda 32 mahasiswa program studi Pendidikan dan Pengajaran Agama Katolik STP Reinha Larantuka, Sabtu, 6 Pebruari 2021.
Dengan mengutip pemikiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim, Pater Pit menegaskan bahwa pada saat ini, Indonesia sedang memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi. Indonesia memasuki era di mana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, era di mana masuk kelas tidak menjamin belajar.
Pater Pit menambahkan bahwa pola pikir masyarakat saat ini lebih berorientasi pada gelar daripada kompetensi dan seolah Perguruan Tinggi yang berperan sebagai lembaga pencetakan orang yang bergelar. “Bagaimana menggeser pola pikir masyarakat bahwa ada hal yang jauh lebih penting dari gelar dan bagaimana menjelaskan pentingnya kompetensi. Ini tugaslah kita semua’, tandas Pater Pit.
Lebih lanjut, Pater Pit mengharapakan agar lulusan sarjana harus sanggup untuk menjadi seorang pembelajar seumur hidup. “Seorang guru agama Katolik dalam mengemban profesi keguruannya juga ditentukan oleh faktor pengalaman mengajar. Artinya setelah sekian lama mengarungi profesi keguruan yang diembannya membuat yang bersangkutan tahu dan paham tentang kapasitasnya sebagai guru sehingga memungkinkan yang bersangkutan semakin dewasa dan mandiri dalam berpikir, bertutur dan bertindak”, tegas Pater Pit.
Hal senada ditekankan pula oleh Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Henricus Leven, Sr. Sesilia, CIJ. “Dengan kepribadian yang baik guru memantapkan posisinya sebagai teladan bagi peserta didiknya, teman pergaulannya, dan masyarakat luas”, kata Sr. Sesilia.
Wisuda yang digelar secara virtual ini dihadiri langsung oleh Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Bapak Yohanes Bayu Samodro, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Henricus Leven, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, Para Kepala SMAK Santo Fransiskus Assisi Larantuka, SMAK Santo Mikael Pamakayo dan SMAK Santa Maria Immakulata Baniona. Sementara itu, Uskup Larantuka dan Bupati Flores Timur mengikutinya secara daring, (Anselmus D. Atasoge).
Empat Harapan Dirjen Bimas Katolik Bagi Wisudawan-Wisudawati STP Reinha. Klik selanjutnya