Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka (STP Reinha) menggelar kegiatan seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh empat mahasiswa STP Reinha Larantuka pada hari Sabtu, 19 November 2022. Seminar ini berlangsung di aula Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka-Waibalun Flores Timur dan dihadiri oleh segenap civitas akedemica Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Reinha yang berjumlah kurang lebih 80 peserta. Seminar moderasi beragama ini dibuka langsung oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Yosep Belen Keban. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa seminar moderasi beragama yang diselenggarakan hari ini merupakan seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STP Reinha Larantuka dalam rangkah mengikuti perlombaan Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Katolik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI. Kegiatan ini merupakan misi lanjutan dari tahun sebelumnya dalam mengkampanyekan semangat Moderasi Beragama di tanah air Indonesia. Tahun lalu, kita bersyukur karena salah satu peserta dari lembaga STP Reinha Larantuka berhasil memperoleh juara 3 dan semoga tahun ini kita kembali memperoleh hasil yang baik. Kegiatan akademik seperti ini patut dilakukan di masa mendatang dan menjadi program atau agenda tahunan lembaga sebab dengan seminar mahasiswa/I kita dibekali ilmu, pengalaman yang memadai dan mampu berdaya saing dengan masyarakat umum lainnya, tandasnya. Yosep Keban juga mengucapkan proficiat bagi keempat mahasiswa yang sudah melakukan penelitian dan menulis KTI dengan sangat baik sembari mengharapkan kepada semua mahasiswa agar berkontribusi dalam ajang ini baik dalam lingkup kampus maupun nasional di kemudian hari.
Seminar ini dipandu langsung oleh moderator, Mateus Dangga, mahasiswa semester V STP Reinha Larantuka. Sedangkan menjadi pemateri dalam seminar ini adalah Maria Inviolata Deran Ola, mahasiswa semester III dengan materi “Gemohing Lamaholot sebagai Emblem Pemersatu Masyarakat Multikultural di Desa Tuwagoetobi-Witihama”. Dalam pemaparan materinya, beliau menegaskan bahwa implementasi budaya lokal Lamaholot khususnya Gemohing dapat menjadi emblem pemersatu masyarakat yang berbeda keyakinan di desa Tuwagoetobi. Oleh karena itu, pewaris nilai baik itu pemerintah, tokoh masyarakat, pemangku adat, kelompok Gemohing dan juga orang muda harus mempertahankan tradisi ini agar tidak lekas lekang oleh perkembangan teknologi.
Pemateri kedua adalah Vinsensius F. Dalu Sogen, mahasiswa STP Reinha Larantuka semester V dengan materi “Membangun Sikap Pengarusutamaan yang Berorientasi pada Anti Kekerasan Melalui Kegiatan Keagamaan di SMA Swasta Ile Boleng”. Vinsensius menegaskan bahwa lembaga pendidikan ini belum melaksanakan sikap pengarusutamaan dengan maksimal karena masih ada siswa yang melakukan tindakan kekerasan non-fisik seperti membully, tidak saling menghormati antarsesama, dan saling mengejek teman yang berbeda agama. Oleh sebab itu, setiap warga sekolah perlu memaknai kegiatan keagamaan itu secara baik agar kegiatan keagamaan itu mampu memberikan perubahan yang berkaitan dengan karakter warga sekolah sehingga terlaksananya sikap anti kekerasan.
Pemateri ketiga Susana Soi Leton, mahasiswa STP Reinha semester III dengan materi: “Pendidikan Moderasi Beragama dalam Penguatan Wawasan Kebangsaan pada Era Disrupsi di SDI Ekasapta”. Susan sapaan akrabnya dalam pemaparan materinya mengatakan bahwa penerapan pendidikan moderasi beragama dalam penguatan wawasan kebangsaan di SDI Ekasapta-Larantuka sejauh ini diterapkan dengan baik dalam bentuk kegiatan intrakurikuler dan juga ekstrakurikuler. Ia juga mengharapkan agar lembaga pendidikan SD Inpres Ekasapta perlu terus melakukan peningkatan pendidikan moderasi keagamaan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler secara terstruktur agar dapat menanamkan sejak dini pendidikan moderasi agama dalam penguatan wawasan kebangsaan peserta didik.
Sedangkan pemateri terakhir dalam seminar ini adalah Anna Maria Rosita KW, mahasiswa semester III STP Reinha Larantuka dengan judul “Dialog Kehidupan dalam Terang Dokumen Abu Dhabi untuk Membangun Sikap Toleransi di Kolimasang-Adonara”. Anna Maria dalam pemaparan materinya mengatakan bahwa masyarakat Kolimasang sejauh ini sudah menerapkan dialog kehidupan antarumat beragama dalam terang dokumen Abu Dhabi, namun belum maksimal dipahami sebagai bentuk dialog yang dapat melahirkan keharmonisan dalam ada bersama. Untuk itu para tokoh agama baik Islam maupun Katolik di desa Kolimasang harus terus mempertahankan dan perlu memberikan pemahaman mengenai dialog kehidupan agar dapat mempererat persaudaraan, menumbuhkan sikap toleransi beragama agar terciptanya sikap hidup moderat.
Acara seminar ini berlangsung dari pukul 09.30-12.30 dan berjalan dengan baik. Ruang keilmiahan begitu nampak dalam diskusi bertajuk moderasi beragama ini. Stefanus Daga, mahasiswa STP Reinha Larantuka mengaku bangga akan ruang diskursus yang diselenggarakan seperti ini. Ruang keilmiahan seperti ini menjadi sangat penting untuk terus dilakukan demi melati dan mempersiapakan masa depan para mahasiswa, tandasnya. ia juga mengharapkan agar kegiatan keilmiahan seperti ini tidak berhenti pada tema moderasi beragama semata, dan mengharapkan semua warga kampus dalam hal ini para mahasiswa untuk berkontribusi dalam kegiatan penelitian.